Konsepsi Terminologi Industri Hospitaliti dan Pariwisata
Pemahaman
atas istilah hospitaliti dan pariwisata seringkali disandingkan secara
bersamaan, yang mengandung konotasi seolah-olah tidak dapat dipisahkan.
Oleh karena itu, pada subab ini akan didiskusikan kedua istilah
tersebut agar diperoleh pemahaman yang sama terhadap keduanya.
Terminologi Hospitaliti
Istilah
industri hospitaliti dan pariwisata diadopsi dari hospitality and
tourism industry yang dalam berbagai literatur mengacu pada bisnis
berbagai jasa khusunya pariwisata. Walaupun belum menjadi istilah baku
dalam bahasa Indonesia, istilah hospitality and tourism industry,
dialihbahasakan ke dalam istilah industri hospitaliti dan pariwisata,
yang mungkin belum lazim digunakan, namun pada kenyataannya di lapangan
banyak kalangan menggunakan terminologi tersebut. Untuk kegiatan
komersial, para ekonom menggunakan istilah industri hospitaliti dalam
konteks hospitality industry atau hospitality sector, sebagai pentuk
jasa pelayanan atau service.
Argumentasi yang sangat logis telah diuraikan oleh tim STP Bali (2008) mengenai Hospitaliti sebagai Ilmu[1].
Hospitaliti dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, misalnya
sosial, pribadi (private), komersial, industri, korporat dan venue.
Secara umum, hospitaliti merupakan interaksi antara tuan rumah (hosts)
dengan tamu (guests) pada saat yang bersamaan mengkonsumsi
makanan/minuman dan akomodasi. Dengan pendekatan sosial yang mendasar
dari hospitaliti adalah membangun realsi materi dan simbolik antar tuan
ruman dengan tamu pada tingkat sosial yang sama. Dari pendekatan
pribadi, hospitaliti merupakan penyediaan makanan dan minuman serta
akomodasi untuk tamu dengan genuine concerne untuk mencapai happiness.
Sementara itu, dari pendekatan komersial, hospitaliti berperan untuk
entertain dalam konteks bisnis yang mengandung perhitungan untung rugi.
Di
dalam Conciere Oxford Dictionary, hospitality didefinisikan sebagai
kata friendly yang artinya ‘ramah’ yang murah hati atau dermawan dan
memberikan hiburan kepada tamu atau orang baru. Kadang-kadang sering
digunakan untuk memberikan perlakuan istimewa terhadap tamu yang tinggal
dan menggunakan fasilitas keramah-tamahan. Adapun industri hospitaliti
dapat diartikan sebagai perusahaan yang terlibat dalam penyediaan jasa
untuk tamu.
....hospitality industry as “all companies involved in
providing services for guests (hotels, inns, restaurants, and other
recreational activities)” Horner and Swarbooke (1996).
Untuk membuat
keramahan, harus diberikan ucapan selamat datang dan hiburan bagi orang
baru atau tamu. Ucapan selamat datang dalam bahasa Inggris adalah
‘welcome’ yang diambil dari kata ‘wilcuma’ (Old English) yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai orang yang
mempersilahkan orang datang. Istilah lain termasuk padanan hospitality
adalah graciousness, courtesy, friendliness, cordiality, sociability,
dan generosity.
Dari sekian banyak istilah untuk hospitality, Baker dan Jeremy (2001) mendefinisikan hospitality sebagai berikut:
Hospitality
a commercial contract to enter into service relationship that involves
supplying the amenities, comforts, conveniences, social interactions,
and experiences of shelter and entertainment that a guest or customer
values
Pariwisata (Tourism)
Istilah
Pariwisata dialihbahasakan dari tourism yang mengandung berbagai
pengertian. Pengertian dari McIntosh dan Goldner (1998) diterjemahkan
secara bebas mengandung pemahaman atas interaksi antara wisatawan,
pelaku industri jasa untuk melayani wisatawan, pemerintah dan penduduk
lokal. Pemahaman diperoleh dari pengertian pariwisata sebagai:
“.....kajian
tentang orang-orang yang pergi dari tempat dimana ia biasanya tinggal,
tentang serangkaian fenomena dan hubungan yang muncul dari interaksi
antara wisatawan, bisnis, pemerintah dan komunitas lokal dalam proses
menarik dan menerima para wisatawan serta pengunjung lain, tentang
industri yang merespon kebutuhan wisatawan, serta tentang dampak yang
diakibatkan oleh industri maupun orang-orang tersebut terhadap sosial
budaya setempat“
Definisi paling populer dari istilah pariwisata adalah:
“.....
suatu perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain, untuk
sementara waktu, dilakukan lebih dari 24 jam, dengan tujuan untuk
bersenang-senang tanpa mencari nafkah di tempat yang dikunjungi”
Dari definisi ini, pariwisata mengandung pemahaman bahwa:
a
Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain (from one
place to another place) pengertiannya perjalanan itu bukan dilakukan di
kota di mana orang itu biasanya tinggal, tetapi harus melewati
perbatasan kota, atau negaranya sendiri dengan kota atau negara lain.
a Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu, dan harus lebih dari 24 jam.
a Perjalanan itu tujuannya semata-mata untuk bersenang-senang (travel for pleasure).
a Perjalanan itu tidak dikaitkan dengan usaha mencari pekerjaan yang di dibayar oleh negara yang dikunjunginya.
Dari
kedua pengertian di atas, jelas terdapat perbedaan yang sangat
mendasar, namun esensi dari karakter industrinya mengandung berbagai
persamaan, sehingga industri hospitaliti dan pariwisata seringkali
disandingkan menjadi satu industri. Untuk lebih memahami industri
hospitaliti dan pariwisata kita pelajari pada subab ruang lingkup di
bawah ini.
Ruang Lingkup Industri Hospitaliti dan Pariwisata
Dari
sudut pandang ekonomi, industri diartikan sebagai suatu grup atau
individu yang secara independen menghasilkan suatu produk (Davidson,
1994) baik yang bersifat tangible maupun intangible (Kotler, 2000).
Industri juga menekankan adanya revenue yang diperoleh, serta
menghasilkan dan menjual suatu produk yang dihasilkan tersebut. Bila
ditinjau dari pemahaman di atas, maka pariwisata merupakan industri yang
memiliki perspektif sangat luas di dalam kegiatan ekonomi, karena dapat
menghasilkan pendapatan, nilai tambah, capital invesment, penciptaan
lapangan kerja maupun pajak (Theobald, 1994; Davidson, 1994). Menurut
Seth (2000) industri pariwisata dikelompokkan ke dalam tiga kategori
yaitu:
a direct provider of service, yaitu provider yang secara
langsung memberikan service terhadap wisatawan. Contoh kategori ini
adalah airline, hotel, transportasi, restoran dan cinderamata.
a
support service to direct suplier, yang termasuk ke dalam kategori ini
antara lain adalah tour organizer, laundry, kontraktor catering, travel
publication,
a developmental organisation, yang termasuk ke dalam
kategori ini adalah pengembang pariwisata seperti perencana, institusi
keuangan, institusi pendidikan dan lain-lain.
Pendapat lain dari Jackson (1998), menyebutkan bahwa:
“...
the tourism industry encompasses all activities by individuals,
companies or organisations which supply, directly or indirectly, goods
or services to tourists at their destinations”
Sementara itu, Eurostat (1998) mendefinisikan industri pariwisata sebagai:
Tourism
comprises the activities of persons travelling to and staying places
outside their usual environment for not more than one consecutive year
for leisure, business and other purposes.
Adapun Tourism Satellite
Account (TSA) mendefinisikan “…tourism industries as all establishments
whose principal productive activity is a tourism characteristic
activity”.
Untuk kepentingan klasifikasi, World Tourism Organization
(WTO) mengembangkan Standard International Classification of Tourism
Activities (SICTA) yang dipadankan atas Standard Industrial
Classification of all Economic Activities (ISIC). Di samping itu,
ditetapkan pula pengklasifikasian Tourism Characteristic Product (TCP)
yang mengacu pada pengkodean yang digunakan oleh UN Central Product
Classification (CPC). Di dalam CPC, industri pariwisata terdapat pada
tujuh kelompok besar (WTO, 2000) yaitu:
1. accomodation services.
Industri ini meliputi jasa hotel dan motel, pusat liburan dan home
holiday service, jasa penyewaan furniture untuk akomodasi, youth hostel
service, jasa training anak-anak dan pelayanan kemping, pelayanan
kemping dan caravan, sleeping car service, time-share, bed and breakfast
dan pelayanan sejenis.
2. food and beverage-serving services. Yang
termasuk ke dalam industri adalah full-restoran dan rumah makan, kedai
nasi, catering service, inflight catering, café, coffee shop, bar dan
sejenis yang menyediakan makanan dan minuman bagi wisatawan.
3.
passenger transport services. Yang termasuk kelompok ini antara lain
jasa angkutan darat seperti bis, kereta api, taxi, mobil carteran; jasa
angkutan perairan baik laut, danau, maupun sungai meliput jasa
penyeberangan wisatawan, cruise ship dan sejenisnya. Dan terakhir adalah
jasa angkutan udara melalui perusahan-perusahaan airlines. Di samping
itu, sector pendukung antara lain navigation and aid service, stasion
bis, jasa pelayanan parker penumpang, dan lainnya.
4. travel agency,
tour operator and tourist guide services. Yang termasuk kepada kelompok
ini antara lain, agen perjalanan, konsultan perjalanan, biro perjalanan
wisata, pemimpin perjalanan dan yang sejenis.
5. cultural services.
Jasa pagelaran tari dan fasilitas pelayanan tarian, biro pelayanan
penari dan sejenisnya. Jasa pelayanan museum kecuali gedung dan tempat
bersejarah, pemeliharaan gedung dan tempat bersejarah, botanical and
zoological garden service, pelayanan pada perlindungan alam termasuk
suaka margasatwa.
6. recreation and other entertainment services.
Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah pelayanan olah raga dan olah
raga rekreasi, pelayanan golf course, ski, sirkuit balapan, taman
rekreasi dan pelayanan pantai. Pelayanan taman bertema, taman-taman
hiburan, pelayanan pameran dan sejenisnya.
7. miscellaneous tourism
services. Yang temasuk kelompok ini adalah jasa keuangan, asuransi,
tempat penukaran mata uang dan yang sejenis.
Demikian luasnya
cakupan pariwisata, maka tidak ada alasan untuk me-nafi-kan pariwisata
sebagai industri, dan merupakan argumen kuat untuk menjadikan
pariwisata sebagai alat atau pendekatan dalam pembangunan setiap sektor.
Dalam
kaitan dengan hospitaliti dan pariwisata, Baker dan Jeremy membagi
kedua area tersebut pada tiga kategori yaitu, hospitaliti dan pariwisata
secara sendiri-sendiri, dan keduanya secara bersamaan. Pertautan ke dua
industri tersebut seperti ilustrasi pada Gambar 2.
Gambar 2. Hospitality and Tourism (Baker and Jeremy, 2001)
Secara
tersendiri, industri hospitaliti meliputi bisnis penyediaan fasilitas
akomodasi baik yang sifatnya long-stay maupun short stay dan katering.
Jenis-jenis bisnis akomodasi yang sifatnya short stay antara lain hotel,
motel/losmen, home-stay, boarding-house. Adapun yang sifatnya long-stay
terdiri atas villa peristirahatan, kondominium, dan apartemen. Area
kedua hospitaliti adalah katering untuk kebutuhan institusi rumah sakit,
kafetaria sekolah, rumah tahanan dan sejenisnya.
Area yang merupakan
pertautan antara industri hospitality and tourism meliputi (1)
hotel/motel, (2) taman karavan, (3) bed & breakfast (4) holiday
units, (5) resort (6) restaurant, (7) convention centers, (8) casinos
dan (9) cruise ship (kapal pesiar). Dengan demikian, bisnis akomodasi
dapat digunakan untuk kedua area karena merupakan perpaduan antara
industri hospitaliti dan industri pariwisata.
Pelayanan makanan dan minuman, merupakan bagian dari kedua industri di atas yang meliputi:
a restoran yang berdiri sendiri,
a outlet makanan dan minuman yang merupakan bagian dari bisnis lain seperti hotel, club, banquet, tempat function,
a institusi lain termasuk kegiatan komersial, dan industri jasa boga.
Kategori
industri pariwisata adalah jasa yang berhubungan dengan industri
hospitaliti di atas (akomodasi, bisnis makanan dan minuman) dan bisnis
yang melayani dan menangani wisatawan seperti biro dan agen perjalanan,
tour operator, serta layanan transportasi.
Secara lebih sederhana,
Walker (2002) mengajukan payung industri hospitaliti dan pariwisata
menjadi empat kategori yaitu (1) travel, (2) recreation, (3) lodging dan
(4) food service. Travel dan recreation merupakan bagian dari industri
pariwisata sedangkan lodging dan food service merupakan industri
hospitaliti. Dari keempat industri tersebut saling berkaitan satu sama
lain di bawah satu payung sehingga keduanya dapat dipertautkan (Gambar
3).
Gambar 3. Lingkup Industri Hospitaliti dan Pariwisata (Walker, 2002)
Berdasarkan
jenisnya, Lunberg dkk. (dalam Yusuf, 1997) menyebutnya sebagai binsnis
kepariwisataan, yang terdiri atas: (1) restoran, (2) penginapan (3)
transportasi (4) pengembangan destinasi (5) riset perjalanan (6) kantor
pemerintahan (7) pelayanan perjalanan (8) atraksi wisata (9) fasilitas
rekreasi dan lain-lain seperti pada Gambar 4.
Dari gambar tersebut
terlihat bahwa bisnis riset perjalanan merupakan bagian dari bisnis
pariwisata yang menyediakan jasa dan layanan konsultansi. Kegiatan
utamanya adalah menyediakan informasi yang diperoleh melalui pengumpulan
baik data primer maupun data sekunder. Bisnis ini sangat membantu dalam
menyediakan data dan informasi bagi pengambilan keputusan manajerial.
[1] STP Bali: Proposal Pembukaan Program Sarjana (S1) Pariwisata, Program Studi Bisnis Hospitaliti
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Konsepsi Terminologi Industri Hospitaliti dan Pariwisata"
Post a Comment